Sedikit Bercerita,
Lihat, langit sedang menangis. Wajahnya mendung, tangisnya tidak deras, tapi cukup untuk kuyup jika melangkah di bawahnya. Ia berjalan melangkah, mengejar hujan. Ternyata, langit tidak sedih sendirian. Ia menyeka air matanya dengan kasar, sembari berteriak, "Mengapa aku gagal lagi? Mengapa yang kuinginkan tak kunjung kudapati?", berkali-kali ia ucapkan kalimat itu.
Namun, ia belum menyadari. Bahwa akan ada masa henti dari tangis itu sendiri, seperti langit. Ia memang kerap menangis, dengan wajah mendungnya. Namun, setelah tangisnya reda, langit memutih, hadir perlahan cahaya warna-warni disana. Artinya, setiap tangis akan terganti dengan hal indah yang mungkin belum kau temui. Belum masanya saja. Kamu gagal hari ini, tapi... siapa yang tahu hari esokmu? kamu hanya perlu berusaha lebih baik dari usahamu saat ini, aku sedang menyemangati diriku sendiri sepertinya..
Langkahnya terhenti, Ia duduk bersimpuh di bawah tetes-tetes rintik hujan. Hujan sudah berhenti perlahan. Kulihat, ada seseorang menghampirinya dengan payung di tangannya. Ia sentuh bahu gadis itu, lalu Ia bertanya, "Dik, kamu kenapa? Ada apa? Yuk, mari kita berteduh, kamu bisa sakit jika begini seharian." Gadis itu hanya diam, dan menurut ketika si Ibu merangkulnya dan membawanya berteduh di sebuah rumah yang tampak asri, mungkin rumahnya, pikirku. Masih kuamati, dibawa masuk gadis itu ke dalam rumah si ibu. Mungkin untuk berganti pakaian.
Perihal putus asa, keluh kesah karena kegagalan seringkali membuat orang terpuruk. Bisa berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Sedikit bercerita, Aku pernah berada dalam fase itu. Kini pun belum berhasil keluar dari masa itu, sepertinya. Hanya saja ya sudah lebih baik dari beberapa waktu lalu. Ketika itu aku merasa, kenapa ya aku gagal? Apa yang kurang? Hingga suatu ketika aku mulai berpikir untuk berubah, berusaha menerima keadaan meski sebenarnya itu berat. Bahkan hingga saat ini. Melakukan sesuatu yang..kurang disukai terkadang sangat membuat jenuh. Tapi, balik lagi. Aku sedang berusaha.
Beberapa orang tokoh penulis yang pernah kubaca kisahnya, tidak jauh berbeda dengan apa yang kurasakan saat itu. Hanya saja, mungkin mereka lebih berani hingga bisa mencapai keinginannya lebih dini. maju lebih cepat. Dan aku yang berhenti terlalu lama. Aku tertinggal. Saat ini aku hanya perlu menjalani, bukan? Menyelesaikan apa yang sudah kujalani, lalu melanjutkan apa yang pernah jadi mimpi.
Ah, aku kembali tersadar dari lamunanku. Tampak si gadis tadi sudah duduk bercengkerama dengan si ibu di depan rumah. Ia mulai tenang. Hujan juga sudah berhenti sejak tadi. Sepertinya, aku terlalu larut dalam lamunan. Ah, sudahlah. Sudah terlalu banyak bicara sepertinya. Maaf ya, ini bukan prosa ataupun puisi. Mungkin juga bukan senandika. Hanya sedikit bercerita... tentang aku.
Kamis, 04 Juni 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar