Kamis, 11 Juni 2020

Juniku, masih tentangmu..

Juniku, masih tentangmu.. 
Adaire




Jika hilang dan kembali adalah suatu yang pasti, maka takkan ada yang luka sendiri. Seperti hadirnya yang tak terduga, dan perginya yang tiba-tiba.

Waktu itu, rasanya sudah cukup malam, hatiku benar sedang resah. Hingga kuputuskan untuk menghampiri Ia di rumahnya. Kulihat, banyak orang disana. Dengan pakaian serba putih, ada apa ini, pikirku. Tampak Ibunya menangis sesenggukan, ada yang terbaring kaku disana, tertutupi kain jarik, dengan kepala sudah berbalut kain putih, tangisku sudah hampir pecah. Aku tanda wajah itu, aku tahu jelas siapa yang ada di hadapanku. Berlari, kutinggalkan rumah duka itu.

Kurengkuh asaku, kugenggam kuat hatiku. Terekam jelas dalam ingatanku, kenang tentang terang yang kau hadirkan. Juga agah teduh yang kau tampakkan, walau duka tengah merundung hatimu. Menetes air mataku, tak pernah ada dalam khayalku ditinggalkan dengan cara seperti ini.

Tak kusangka, waktu begitu cepat berlalu. Pergimu terlalu terburu-buru, hingga tak sempat kuucap rahsa yang kupendam sejak dulu. Kalis hatimu kian membuatku jatuh, hingga sepeninggalmu benar membuatku rapuh.

Saban hari, saban waktu, kutunggu hadirmu. Duduk dibawah sinar rembulan, dengan renjana yang mendekap kuat diriku. Tahukah kau bagaimana aku? Bagaimana rasa ini menyiksaku? Pergimu cukup membuatku remuk, terpuruk.

Dinginnya malam cukup menusuk kulitku, mencengkeram tulangku. Kunikmati semuanya, sembari menunggu hadirmu kembali, walau hanya dalam mimpi.

Kepalaku sedang berisik, memutar kembali kenangan kita bagai kaset rusak. Aku benar-benar kacau. Tak pernah aku se-frustrasi ini. Tak pernah aku kehilangan arah begini. Sebagian diriku seolah lenyap, aku hilang kendali.

Setelah sebulan terlewati, aku baru berani menampakkan diri di depan ibunya. Kutanya sebab kepergiannya. Sakit yang diderita sudah sangat parah waktu itu. Aku terdiam, mendengarkan Ibunya bercerita dengan berderai air mata. Pikirku sudah melanglang-buana. Mengapa Ia tak pernah mengatakannya padaku, batinku berbisik.

 Kembali, kutulis tentangmu lewat bait-bait syair yang sering kutunjukkan padamu, dulu. Dulu, aku sangat senang melihatmu yang tengah fokus membaca bait-bait syair yang kutulis, kau tekuri huruf demi huruf aksara yang kucipta. Semuanya terlambat. Kau pergi, dengan segenap rasaku yang kau bawa mati. Semua hanya tinggal bait puisi yang tak pernah kau baca pun tak bisa kau mengerti lagi.

 Kau tahu, harapku di kehidupan selanjutnya, aku bisa menemuimu, lalu hidup bersamamu. Ingin kunikmati rasanya menghirup udara yang sama denganmu. Melangkah bersamamu. 

 Sudah waktunya aku pergi, bukan untuk melupakanmu, hanya untuk memulai hidup baru, namamu akan kubawa dalam kenangku. Hidup abadi dalam pikiranku. 

Sakitmu sudah sembuh, kau bawa pergi bersama hatiku. Akan kutata kembali sebagian hatiku yang tersisa. Terimakasih sudah hadir, semoga kau bisa berada di sisi terbaik-Nya. 

 Kututup sudah lembaran kertas lusuh yang masih saja berkisah tentangmu. Sejak terakhir kali kutatap dirimu yang terbaring kaku, kau tetap saja menghantuiku. Seolah sering kudengar hadirmu yang mengetuk pintu rumahku. Juga kudengar sayup deru suara motormu di halaman rumah ini. Yang terparah, ketika kulewati rumahmu, aku seolah melihatmu tengah melambaikan tangan ke arahku. Halusinasiku semakin parah sepertinya. 

 Jera sudah aku, terbayang dirimu sepanjang akhir tahun ini. Aku lelah, aku menyerah. Kutinggalkan kau dalam sisi memori terindah, sisi tersembunyi, agar hanya aku yang dapat melihatmu. Semua sudah berakhir, rapuhku, hancurku tetap takkan mengembalikanmu, rasa cintaku tak lebih besar dariNya. Dzikir dan do'a kuhaturkan untukmu, mengiringi seribu hari kepergianmu, sembari menata kenangan bersamamu pada sebuah rak kokoh di ujung paling indah, paling tersembunyi dalam pikiranku. Terimakasih sudah mengajariku arti tabah yang sesungguhnya, aku akan kembali pada masanya. Menjemputmu, bersama dengan kenangan kita di kehidupan selanjutnya. Aku pergi. 

Masih disini, 11 juni 2020

2 komentar:

  1. Sedih bangettt, terharu bacanya kak. 😭😭

    BalasHapus
  2. Ya allah sediiih yuuu😭😭😭
    Jadi kebayang Senja aku😭😭😭

    BalasHapus

Juniku, masih tentangmu..

Juniku, masih tentangmu..   Adaire Jika hilang dan kembali adalah suatu yang pasti, maka takkan ada yang luka sendiri. Seperti hadirnya yan...